Emisi Pertanian dan Peran Padi dalam Mekanisme Perdagangan Karbon
Semarang, 7 Oktober 2025 — Untuk memperkuat pemahaman dan kesiapan sektor pertanian Indonesia dalam menghadapi mekanisme perdagangan karbon, Kepala Balai Besar Perakitan dan Modernisasi Sumber Daya Lahan Pertanian, Asdianto turut hadir dan memberikan paparan pada kegiatan Workshop on Carbon Trading Mechanism in Indonesian Agriculture. Salah satu sesi utama dalam kegiatan ini mengangkat tema “Besaran Emisi Pertanian: Perspektif Indonesia dan Kontribusi Sektor Padi.”
Sesi tersebut menyoroti besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap total emisi gas rumah kaca nasional, terutama dari subsektor tanaman pangan. Dalam paparannya, Kepala BRMP SDLP Asdianto menjelaskan bahwa padi sawah menjadi salah satu penyumbang utama emisi metana (CH₄) yang dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik di lahan tergenang. Selain itu, penggunaan pupuk nitrogen turut menghasilkan emisi dinitrogen oksida (N₂O) yang memperkuat kontribusi emisi dari sektor ini.
Diskusi juga membahas berbagai strategi mitigasi, di antaranya penerapan teknologi irigasi berselang (Alternate Wetting and Drying/AWD), penggunaan varietas padi rendah emisi, serta pengelolaan residu tanaman secara tepat. Pendekatan- pendekatan ini tidak hanya mampu menekan emisi, tetapi juga meningkatkan efisiensi penggunaan air dan produktivitas lahan.
Para peserta workshop yang terdiri dari peneliti, akademisi, serta perwakilan lembaga teknis sepakat bahwa penghitungan emisi berbasis data lapangan dan inventarisasi nasional merupakan langkah fundamental untuk mempersiapkan sektor pertanian dalam skema perdagangan karbon, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Melalui kegiatan ini, diharapkan terbentuk langkah konkret menuju penguatan kapasitas nasional dalam penilaian, verifikasi, dan penerapan kredit karbon pertanian—khususnya dari sistem produksi padi—sebagai bagian dari upaya Indonesia mewujudkan target Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.